Tokoh Tasawuf Nusantara

Tasawuf  Dalam Bingkai Indonesia
oleh: Guntur Gumelar El-KHAS



Islam merupakan agama yang dibawakan oleh para pedagang yang berasal dari guzarat, perkembangan pun terjadi dengan adanya tokoh –tokoh islam yang membawa ajaran Allah. Islam merupakan Agama yang senantiasa memberikan adanya perdamaian Antar umat beragama,oleh karena itu pada masa itu islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan , sosial budaya dengan cara perkawinan dan wujud Akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan islam.
Perkembangan islam menyebar di berbagai pelosok wilayah, dari berbagai ilmu yang diajarkan oleh para pendatang dari luar timbulah para tokoh – tokoh islam di Indonesia dalam bidang ilmu Tasawuf. Ia menyebutkan tokoh sufi Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan islam pertma kalinya di Aceh sekitar abad ke-12 M. Beliau adalah seorang pendatang ke nusantara berssama mubaligh lainya bernama Syekh Ismail Zaffi[1]. Karena itu taswauf merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian islam.
Ada beberapa literature di Indonesia yang mengkaji taswuf ,baik mengenai penyebaranya maupun  tokoh- tokohnya. Di antaranya buku  Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII yang di tulis oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra.[2] Buku lainya ditulis oleh Hj. Sri Mulyati, M. A berjudul Tasawuf Nusantara : Rangkaian MutiaraSufi Terkemuka[3].Berikut akan dikemukakan beberapa tokoh tasawuf di Indonesia :

1. Hamzah Fansuri (W. 1016 H/1607 M )
Bagi kalangan ulama di Nusantara taka sing lagi seorang yang bernama Hamzah Fansuri, hamzah fansuri dilahirkan di Sumatra, ia dikenal sebagai tokoh tasawuf dari Aceh. Tokoh sufi ini dikenal membawa paham Wahdatul Wujud,  yang diambil dari pemikiran Ibnu Arabi. Hamzah Fansuri banyak melakukan pengembaraan di berbagai wilayah sampai akhirnya ia bermukim di Aceh. Pengembaraanya itu bertujuan mencapai makrifat kepada Allah swt. Hamzah Fansuri merupakan seorang pujangga  islam sangat populer pada zamanya, dan namanya menghiasasi lembaran- lembaran sejarah kesusastraan melayu dan Indonesia. Berdasarkan bukti hasil krya yang dilacak, Hamzah Fansuri adalah peletak dasar bahasa melayu sebagai bahasa ke empat di dunia islam, setelah bahasa arab,persi, dan turki.
Para pengkaji seprti Doorenbos{1933}, Al- Attas {1970}, Drewes dan Brakel {1986} dan lain-lain tidak mmenafikan bahwa Hamzah Fansuri adalah ulama dan sufi pertama yang menghasikan karya tulis ketasawufan dan keilmuan dalam bahasa melayu tinggi / bau. Kecemerlangan gaya penulisanya diakui sulit tandinganya oleh ulama sezaman dan sesudahnya. Ia pemula penyair islam Nusantara, perintis tradisi keilmuan dan filsafat, pembaharu keilmuan filsafat serta pembaharu sprirtial pada zamannya.[4]

Berdasarkan kata “Fansur” yang menempel pada namanya, sebagian peneliti beranggapan bahwa ia berasal dari Fansur, sebutan orang Arab terhadap Barus yang sekarang merupakan kota kecil di pantai kecil di Sumatra Utara yang terletak di antara Sibolga dan Singkel.[5] Dalam sya’irnya , ia menulis :

Hamzah nur asalnya Fansuri
Mendapat wujud di tanah Syahru Nawi
Beroleh khilafat ilmu yang a’li
Daripada Abdul Qadir Sayyid Jailani.

Ada  orang yang berpendapat bahwa “ SYAHRU NAWI” {pada bait kedua} ialah “Bandar Ayuthia” ibu kota Siam pada zaman silam. Pendapat lain bahwa Syahru Nawi ialah nama lama dari tanah Aceh sebagai peringatan bagi seoran pangeran Siam bernama bernama Syahir Nuwi yang dating ke Aceh di zaman dahulu , dia membangun Aceh sebelunya dating islam.[6]

Hamzah Fansuri sangat giat untuk mengajarkan ilmu tasawufnya, diantara para murid- muridnya yang cemerlang cukup banyak seperti Syekh Syamsudin Pasai, Syekh Fansuri, Syekh Abdul Djamal, Syekh Daud dan lain-lain. Sehingga tasawufnya menyebar di berbagai pelosok Nusantara.[7] Ada riwayat mengatakan bahwa ia pernah sampai ke seluruh Semenanjung dan mengembangkan tasawuf di negri Perlak, Perlis, Kelantan, Terenggganu, dan lain- lain.

a. Ajaran Tasawuf Hamzah Fansuri
Pemikiran- pemikiran Fansuri tentang tasawuf banyak dipengaruhi Ibnu Arobidalam Wahdat Wujudnya.[8]  Diantar ajaran-ajaranya adalah :
1. Allah. Allah adalah dzatyang mutlak dan qadim sebab dia adalah pencipta alam semesta. Ketika menjelaskan ayat “ fainna tuwallu fa tsamma wajhullah” ia katakana bahwa kemungkinan untuk memanadang wajah Allah dimana-mana merupakan Unio- Mistica. Para sufi menafsirkan Wajah Allah adalah sebagai sifat –sifat tuhan adalah pengasih penyayang.
Hamzah Fansuri menolak ajaran pranayama dalam agama hindu yang membayangkan tuhan berada di bagian tertentu dari tubuh seperti ubu-ubun yang di pandang sebagai jiwa dan dijadikan titik konsentrasai dalam usaha mencapai perssatuan.[9]
a.  Hakikat wujud dan penciptaan. Menurutnya wujud adalah satu walaupun kelihatan         banyak. Ia menggaambarkan wujud tuhan bagaikan lautan dalam yang tak bergerak , sedangkan alam semesta merupakan gelombang lautan wujud tuhan.
b.  Manusia. Walaupun manusia sebagai tingkat terakhir dari penjelmaan, ia adalah tingkat yang paling penting dan merupakan penjelmaan yang paling penuh dan sempurna. Ia adalah alran atau pancaran langsung dari dzat yang mutlaq. Ini menunjukan adanya semacam kesatuan antara allah dan manusia.[10]
c.  Kelepasan. Sebagai makhluk penjelmaan yang sempurna dan berpotensi untuk menjadi Insan kamil { manusia sempurna }, tetapi karena ia lalai, pandanganya kabur dan tiada sadar bahwa seluruh ala mini adalah palsu dan bayangan.[11]

Hampir seluruh hasil karya Hamzah Fansuri sebagai sarana mempopulerkan  Wahdatul Wujud. Beliau memiliki keteguhan dalam berfikir , sekalipun pemikiranya dalam kesatuan tuhan dan makhluk ini mendapat tantangan keras dari Nuriddin ar-Raniri. Hamzah dianggap telah mengajarkan ajaran Agama Panteisme memang dalam karyanya beliau sering mengangkat aspek Tasybih ( kemiripan/ keserupaan ) antar tuhan dan makhluknya. Sekalipun dalam karyanya ia tidak menampilkan aspek Tanjzih ( perbedaan ) antara tuhan dan makhluknya,hanya saja di tonjolkan adalah konsep Wahdatul Wujudnya.

Para sejarawan mengasumsikan bahwa ia sudah menulis pada masa kesultanan Accceh , yaitu Sultan Alaudin Ri’yat Syah Sayid Al Mukamal ( 1589- 1604 ). Sultan Iskandar muda memiliki peran yang besar dalam mempopulerkan karya Hmazah Fansuri. Berbagai daerah yang dikirimi kitabnya  adalah Gresik, Kudus, Maksar, Ternate, Malaka, Kedah, Sumatra Barat, dan Kalimantan Barat.

2.  Nuruddin Ar- Raniri
Beliau adalah seorang pendatang mulai  Nusantara  dengan memilih Aceh sebagai tempat tinggalnya pada tanggal 31 Mei 1637. Nama lengkapnya adalah Nuruddin bin Ali bin Hasanji bin Muhamad bin Hamid ar- Raniri al-Quraisyi asy-Syafi’i. yang dilahirkan sekitar abad pertengahan tepatnya pada abad ke- 16 di Ranir ( sekarang Rander ) di daerah Guzarat, India.[12]

Menurut catatan Azzyumardi Azra, beliau merupakan tokoh pembaharu di Aceh. Sebelum mengembara ia mengajar agama dan diangakat sebagai Syekh Tarekat Rifai’yah di India. Pembaharuan utamanya adalah memberantas aliran Wujudiah yang dianggap sesat.

Disamping sebagai sufi beliau juga sebagai ulama dan penulis yang produktif,pada tiap tulisanyabeliau selalu menyebutkan sumber pengambilanya untuk memperkuat argument yang di paparkanya. Tulisanya meliputi berbagai ilmu Agama, seprti fiqih , hadist, akidah, mistik, fisafat,  dan juga ilmu perbandingan agama.

Di dalam sejarah beliau sebagai seorang ulama yang mempunyai jasa besar dalam meyebarluasakan bahsa melayu di kawasan Asia Tenggara. Pada masa itu bahasa melayu telah tersebar luas menjadi Lingua Franca. Ar Raniri mendapat tugas sebagai mufti kerjaan Aceh paada masa Sultan Iskandaar Sani. Posisi penting ini menjadikan leluasa untuk menrangakan tentang kesesatan Ajaran Wahdatul Wujud.

Karyanya di bidang fiqih yang cukup populer adalah Ash- Shirat Al- Mustaqim ( jurus lurus ) , membahasa berbagai masalah ibadah, karya-karya lainya antara lain  Bustan As Salatin, ( berisi sejarah ) dan Asrar al- Ihsan fi Ma’rifat al- Ruh wa al Rahman ( berisi kalam ).  Disamping Ar- Raniri memusnahkan kitab- kitab hasil karya – karya Hamzah Fansuri dan Syamsudin As- Sumatrani, ar- Ranirijuga menerbitkan karya tulisan dengan menyanggah  pendapat paham wujudiyyah  yang di anggap sesat tersebut. Karya –karya untuk keperuan tersebut adalah Asrar Al A’rifin  ( rahasia orang yang mencapai  pengetahuan ), Syarab al- Ayiqin ( minuman para kekasih ), dan al- Muntahi ( pencapaian puncak ).
Di dalam buku ilmu tasawuf karya Prof. Dr. M. Solihin, M. Ag dan Dr. Rosihon Anwar, M. Ag menyebutkan karya – karya Ar- Raniri sbb :
1.  Ash- Shirat Al- Mustaqim ( fiqih berbahasa melayu )
2.  Bustan As Salatin fi Dzikr Al- Awwalin wa Al Akhirin [ bahasa melayu ]
3.  Durrat Al Fara’id bi Syarhi Al-Aqa’id [ Aqidah, bahasa melayu ]
4.  Syifaa Al- Qulub [ cara – cara berdzikir , bahsa melayu ] 

A. Ajaran Tasaawuf  Nuruddin Ar- Raniri
1. Tentang Tuhan
Pendirian Ar- Raniri masalah ketuhanan pada umumnya bersifat kompromis. Ia berupaya menyatukan paham mutkalimin dengan paham para sufi yang diwakili Ibnu ‘Arabi.[13] Ia berpendapat bahwa ungkapan “wujud Allah dan Alam Esa” berarti bahwa ala mini merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang bathin, yaitu Allah , sebagaiman yang di maksud Ibnu ‘Arabi. Pandangan ini hamper sama Ibnu ‘Arabi bahwa ala mini merupakan Tajalli Allah, namun tafsiran diatas membutnya terlepasa dari label panteisme Ibnu ‘Arabi.[14]

2. Tentang Alam
Ia bepandangan bahwa ala mini di ciptakan Allah melelui Tajalli. Ia menolak teori Al Faidh [ Emanasi ]  Al Farabi karena akan membawa pengakuan bahwa alam ini Qadim sehingga dapat jayuh kepada kemusyrikan. Alam dan falak , menurutnya , merupakan wadah Tajalli aaasam dan sifat Allah dalam benttuk yang konkrete. Sifat ilmu yang bertajalli pada alam akal; nama Rahmaan ber- Tajalli pada arasy, Nama Rahim ber- Tajalli pada Kursy, nama Raziq ber- tajalli  falak ke tujuh  dan seterusnya. [15]
3. Tentang Manusia
Manusia merupakan makhluk Allah paling sempurna di dunia ini. Sebab manusia merupakan khalifah di bumi  yang dijadaikan sesuai citra-Nya. Juga karena merupakan mazhar [ tempat kenyataan asma  dan sifat kamil menurutnya , hamper sama dengan apa yang telah di gariskan  Ibnu ‘Arabi.
4. Tentang Wujudiyyah
Inti ajaran Wujudiyyah menurutnya , berpusat pada Wahdaat Al- Wujud, yang disalah artikan kaum wujudiyyah dengan ari kemaha tunggalan Allah dengan alam. Menurut Hamzah Fansuri tentang wahdatul wujud dapat membawa kekafiran. Ar- Raniri berpandangan bahwa jika benar tuhan dan makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan bahwa manusia sebagai tuhan dan tuhan adalah manusia maka jadilah seluruh makhluk itu aaadlah Tuhan. Semua yang dilakukan manusia baik atau buruk allah turut serta melakukanya. Jika demikian halnya , manusia mempunyai sifat- sifat tuhan.[16]
5. Tentang Hubungan Syari’at dan Hakikat
Menurut Ar- Raniri pemisahan antar syari’at dan hakikat  merupakan yang tidak benar. Ia mengajukan bebrapa pendapat  untuk menguatkan argumentasinya kepada pemuka sufi diantaranya adalah Syekh Abdullah Al- Aidarusi yang menyatkan bahwa tidak ada jalan menuju Allah kecuali melalui syaria’t yang merupakan.poko Cabang dari islam.

3.Syekh Abd. Rauf  As- Sinkili ( 1024- 1105 H. )
Beliau adalah seorang ulama dan mufti besar di kerajaan Aceh pada abada ke- 17 ( 1606- 1637 ), nama aslinya Syekh Abdur Rauf  bin Ali Fansur. Sejarah mencatat bahwa ia merupakan murid dari dua ulama sufi yang menetap di mekah dan di madinah. Ia sempat menerima tarekat Syathariyah, disamping imu- ilmu sufi lain, termasuk sekte dan bidang ruang linkup ilmu pengetahuan yang ada hubungan denganya. [17]
Menurut Hasyimi, sebagaimana dikutip Azyumardi Azrra, ayah beliau berasal dari Persia, yang datang ke Samudrrra pasai  pada abad ke- 13. pendidikan As- Sinkili memulai belajar dari ayahnya di simpang kanan [ sinkil ]. Ia mempelajari banyak ilmu- ilmu agama, sejarah bahasa arab, mantiq, filsafat, sastra melayu,/ arab dan bahasa Persia. Kemudian pendidikan dilanjutkan ke samudra pasai dan belajar di Dayah tinggi pada Syekh Syamsudin As- Sumatrani dan melanjutkan perjalanan ke Arabia.
Berkenaan dengan jalan rohaninya, ia boleh memakai “ khirqah ” yaitu sebagai pertanda telah lulus dalam pengujian secara suluk. Beliau juga perhan dilantik sebagai Khalifah Mursyid dalam tarekat Syathariyah, dan ia telah diakui bahwa ia mempunyai silsilah yang bersambung dari girunya hingga kepada Nabi Muhammad SAW.[18]

   As – sinkili mempunyai banyak murid diantarnya Syekh Burhanudin yang senantiasa mengajarkan Tarekat Syathariyah. Tarekat ini tersebar di berbagai wilayah dianaaranya yaitu, Aceh, Sumatra barat, , Sumatra selatan  dan bekembang pula hingga ke cirebon.
Diantara karya- karya beliau adalah :
1.  Mir’at Ath Thullab [ fiqih Syafi’I bidang Mua’malah ]
2.  Hidayah Albalighah [ Fiqih tentang sumpah, kesaksian, peradilan, pembuktian, dan lain-lain. ].
3.  Umdat Al Muhtajin [ tasawuf ].
4.  Syam Al Ma;rifat [ tasawuf tentang ma’rifat ].
5.  Kifayat Al Muhtajin [ taswuf ].
6.  Daqa’iq Al Hurup [ taswuf ].
7.  Turjuman Al Mustafidh [ tafsir ].[19]
1.   Ajaran Tasawuf Abdur- Rauf as- Sinkili
a.  kesesatan ajran tasawuf wujudiyah. Sebelum membawa ajan tasawufnya, telah berkembang ajran sebelumnya di aceh yaitu Taswuf Falsafi, yang dikembangkan oleh sufi Hamzah Fansuri yang dikenal sebagai ajaran tentang Wahdatul Al- Wujud. Tindakan yang menganggap ajaran itu sesat meruapakan sebagai perbuatan terlalu emosional yang dilakukan As- Sinkili.
b.  Rekonsiliasi antar taswuf dan syari’at. As – Sinkili ddalm mengajarkan tasawufnya sama dengan Symsudin dan Nuruddin yaitu menganut paham satu- satunya wujud Hakiki, yakni Allah, dan alm merupakan sebagai bayangan dari yang  Hakiki. Dengan demikian jelaslah bahwa Allah berbeda dengan Alam. Antara bayangan Allah dan Alam tentu memproleh keserupaan halnya sifat manusia seperti hidup dan yang lainya menunjukan bahwa sifat yang dimlilki Allah bebeda dengan sifat yang dimliki makhluknya. Dan stiap perbuatan hakikatnya adalah perbuatan Allah swt. [20]
c.  Dzikir, dalam pandanganya merupakan salah satu usaha untuk melepasakn  diri daari sifat Allah lalai dan lupa, dengan hati mengingat Allah yang bertujuan mencapai fana’ berarti  berdzikir bersatu dengan wujud- nya, sehingga yang mengucapkan dzikir adalah Dia.
d.  Maratabat perwujudan tuhan, menurutnya ada tiga martabat perwujudan tuhan.
1. Martabat Indetermenasi ( ke-Esa-an Absolut) , yaitu martabat wujud dzat tuhan dalam kapasitas kesendirian yang tak terpaut oleh sifat, nama, dan atributnya sama , bahkan untuk dideskripsikan sekalipun. Martabat ini disebut juga Martabat Al- Ahadiyah/la Ta’ayyun  yaitu hakikay Allah yang tak terjangkau oleh persepsi apa[I dari makhluk.
2. Martabat Detmenasi pertama yaitu pengetahuan tuhan dalam kapasitas menyeluruh trhadp segala yang “ ada”sewaktu masih dalam keadaan ghaib, yakni alam. Firman Allah kepada sesuatu yang di “ada”kan dengan kata kun sebelum segala yang ada tersebut lahir dalam dunia nyatayang menjadi alam  dan buktinya Fayakun. Martabat ini disebut Martabat al- Wahdah dan al Haqiqah al- Muhamadiyyah.
3. Martabat Determenasi kedua, yaitu pengetahuan tihan dalam kapasitasmenyeluruh terhadap segala sesuatu menjadi konkret. Martabat ini disebut Martabat al- Wahidiyyah dan al- Haqiqah al- Insaniyyah. Jelas bahwa ilmu Allah merupakan factor penyebab keberadaan makhluk. Dan dari sinilah alam tercipta menurutnya uccapan “ aku Engkau, Kami Engkau, dan Engkau Ia “ hanya benar pada tingkat   Martabat al- Wahdah karena unsur tuhan dan manusia belum dapat dibedakan.itulah yang di ungkapkan Ibn ‘Arabi dalam Sya’ir- sya’irnya. Akan tetapi pada tingkatan  Martabat al- Wahidiyyah alam sudah memiliki sifat sendiri, tetapi tuhan adalah cermin bagi Insan Kamil dan sebaliknya bagi As- Sinkili jalan untik mengesakantuhan adalah dengan cara dzikir Laa Ilaaha Illallaah sampai tercipta fana’.[21]

4. Abdussamad Al- Palimbani ( w. 1203 H/1788 M )
Al- Palimbani berasal dari ketunan Arab Yaman , ayahnya merupakan seorang ulama sufi  besar di San’a yang benama Syeikh ‘Abd Jalil ibn ‘Abd Al- Wahhab Al- Mahdani yang berhijrah di kota Palembang pada penghujung abad ke- 17 M. dia menjabat sebagai Mufti di wilayah Kedah. Di palembang beliau menikah dengan  seorang wanita yang bernama Radin Ranti yang melahirkan seorang anak yang diberi nama Abd Ash- Shamad Al- Palimbani.[22]
Abd Ash- Shamad menerima pelajaran agama di tanah kelahiranya, dan melanjutkan belajarnya di Masjidil Haram , Mekah  Al Mukaromah. Menurut Chotib Quzwain Al- Palimbani menuntut ilmu di mekah bersama Muhamad Arsyad Al- Banjari, Abd Wahab Bugis dari Sulsel dan Abd Rahaman Masri dari Jakarta. Mereka menjadi empat serangkai yang sama- sama belajar Tarekat di Madinah kepada Syekh Muhamad As- Samman.[23]
Didalam mempelajari tasawuf, sejak dini ia sangat tekun dalam mempelajari ilmu tasawuf yang dipengaruhi lingkungan spiritual di negrinya yang masyarakatnya antusias dengan tasawuf.
Sebelum pergi ke mekah, beliau pernah mempelajari tasawuf melalui kitab karangan para sufi Aceh, sehingga dalam sya’ir As- Salikin-nya, ia menyebut beberapa kitab karangan Syamsuddin As- Sumatrani, dan Abd Rauf Al- Jawi Al- Fansuri. Merasa haus di masjidil haram, ia berguru keluar yaitu kepada Syekh Muhammad Samman di Madinah.
Disamping mendiktekan ajaranya, mengenai tauhid af’al, tauhid sifat, dan tauhid adz- Dzat[ sejenis tauhid orang sufi, yang intisari bahwa yang sebenarnya ada hanya Allah ].[24] Abd Ash- Shamad Al- Palimbani perenah bermuki di Mekah untuk mempelajari agama islam, yang pada akhirnya ia kembali ke Nusantara pada abad ke-18. sebagai anak didik jebolan dari seorrang ulama terkenal di Madinah, ia pernah menulis sebuah kitab tentang ilmu tauhid dengan judul Al- Murad fi Bayani Kalimat At- Tauhid .
Mengenai karya tulis Al- Palimbani, Muhammad Usman Al- Muhammady dan G.W.J Drwes, seperti dikutip Chotib Quzwain menyebutkan ada tujuh kitab yaitu :
1.  Hidayat As- Salikin
2.  Sair As- salikin yang masing- masing merupakan karya al- Ghazzali dari kitab Bidayat Alhidayat dan Lubab Ihya ulumuddin.
3.  Zahrat al murid fi bayan kalimat at tauhid
4.  Tuhfat al- Raghibin fi bayan haqiqat iman al-mu’minin
5.  Nasihat aal-muslimin wa tadzkirat al-mu’minin fi fadhail al- jihad fi sabilillah
6.  al’ urwat al-wustqa wa silsilat uli al-ittiqa
7.  Rattib abd Shamad al-palimbani.[25]
a. Ajaran Tasawuf al- Palimbani
1. Tentang nafsu
al- palimbani tidak puas dengan ajaran al- Ghazzali tentang nafs manusia [ ammarah. Lawwamah dan muthma’innah ] yang beakhir ketentraman dan kemantapan menerima segala keadaan yang dihadapi dalam kehidupan dunia.[26]

2. Tentang martabat tujuh
Untuk menjelaskan wahyu tuhan sesuai dengan konsep wahdatu wujud, atau untuk mencapai fana’ dalam tahap ke empat tauhid al- palimbani memakai tahap tujuh wahyu (martabat tujuh ). Doktrin pada mulanya dikembangkan oleh Ibn A’rabi akan tetapi ditafsirkan dalam pengertian yang ortodoks oleh al- Burhanpuri,tuhan mengungkapkan diri- Nya (ta’ayun tajalli ) melalui tujuh tahap wujud.[27]
3. Tentang syaria’t
Al – palimbani pecaya bahwa tuhan dapat didekati dmelalui keyakinan yang benar pada keesaan tuhan yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran – ajaran Syaria’t. dia memberikan tekanan dalam taswufnya untuk senantiasa penucian pikiran dan moral dari pada mistisme spekulatif dan filosofis. Ini berarti taswufnya merupakan taswuf akhlaki atau amali yang bernuansa Sunni ketimbang tasawuf falsafi.[28]
4. Tentang Ma’rifat
Al- palimbani mengakui ajaran al- Ghazzali yang memandang bahwa ingkat ma’rifat tertinggi yang harus dicapai sufi ialah memndang Allah secara langsung, Dengan mata hati yang telah bebas dari noda dan kehidupan dunia.



5. Syekh Yusuf Al- Makasari ( 1037-1111 H./1627-1699 M.)
Ia adalah seorang sufi yang agung bahkan orang yang pertama mengenalkan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Ia dilahirkan di Sulawesi pada tanggal 8 Sawwal 1036 H atau bertepatan tanggal 3 juli 1629. nama aslinya adalah Yusuf  Taj al- Khalwati al- Makassary. Pada tahun 1644, ia belajar ke mekah. Sebelum  berangkat ke Mekah.ia singgah di Banten kemudian ke Aceh untuk belajar dengan Syeikh Nurrddin ar- Raniri tentang tarekat Qadiriyah. Ia juga dikenalkan oleh ar- Raniri kepada gurunya Bijapur, India yang bernama Sayid Abu Hafsh Umar bin Abdullah Ba Syaiban. Secara ringkas tarekat- tarekat yang telah di pelajarinya di cantumkan sebagai berikut[29] :
a.  Tarekat Qadiriyah  yang diterima Syeikh Nurrddin ar- Raniri di Aceh
b.  Tarekat Naqsyabandiyah yang diterimadari Syekh Abi Abdillah Abdul Baqi Billah,
c.  Tarekat as- Sa’adah al- Baalawiyah, yang diterimanya dari Sayid Ali di Zubeid/Yaman.
d.  Tarekat Syathariyah, diterimanya dari Ibrahim Ak- Kurani Madinah.
e.  Tarekat Khalwatiyah diterimanya dari Abdul Barakat Ayub bin Ahmad bin Ayub Khalwati Al-Quraisy di Damsyiq.
Semua Tarekat yang dipelajari mempunyai silsilah yang bersambung kepada Nabi Muhammad hanya seperti Naqayabandiyah. Di dalam perjalananya Syekh Yusuf  bermukim di Negara Arab, belajar dan mengarang sekitar seperempat  abad. Dan pada tahun 1627 M ia kembali ke Indonesia dan menetap di Jawa Barat, Banten. Ia memiliki istri putri dari kesultanan Banten, dan menjadi seorang Syekh yang suaranya lantang dan berpengaruh.
Atas ilmu yang dimiliknya, dia mampu menghimpun murid-muridnya. Didalam perselisihan antara kesultanan dan Belanda, dia sebagai panglima perang bersama muridnya akan tetapi kemenangan dimiliki oleh  Belanda dan akhirnya Syekih Yusuf di tawan dan diasingkan pada tahun 1099 H dalam usia 57 tahun.
Kehidupan yang dihabiskan untuk mengarang dan belajar, ia mengenal ulama sperti Syeikh Ibrahim Mihnan yang meminta menyusun kitab Taswuf yang menjelasakan tentang murid dan Syeikh. Seiring berjalanya waktu, bentrokan terjadi di Jawa dan Belanda menuduh syeikh sebagai penyebabnya dan kemudian ia di tangkap dan di Asingkan hingga wafat.
Dalam karyanya, zubdat al-Asrar, pada awal naskah tercantum nama al-Haj Yusuf at- Taj Abi al- Mahasin (nama gelar beliau) sebagai penulis naskah in ditulis dalam bahasa arab, yang berisi tentang ajaran wujudiyah. Dalam tulisan ini, Syeikh Yusuf kelihatan cukup memahami paham tersebut.
Syekh Yusuf juga bebicara tentang insan kamil dan proses penyucian jiwa. Ia mengatakan bahwa seorang hamba akan tetap hamba walaupun telah naik derajatnya, dan tuhan akan tetap tuhan walaupun turun pada diri hamba. Dalam proses penyucian jiwa, ia menempuh cara yang moderat. Menurutnya, kehidupan dunia bukanlah untuk di tinggalkan. Akan tetapi sebaliknya, hidup diarahkan untuk menuju tuhan. Gejolak hawa nafsu harus dikendallikan melalui tertib hidup dan disiplin atas dasar orientasi ketuhanan yang senantiasa melindungi manusia.
Dalam Zubdat al-Asrar, syeikh mengutip pernyataan al- Burhanpuri yakni pegarang kitab Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi, dan juga beliau adalah seorang ulama kelahiran India yang dianggap sebagai pencetus pertama kali pemikiran Martabat Tujuh. Konsep ini( tajali ) tuhan melalui tujuh martabat : ahadiyah, wahdah,wahidiyah, ‘alam arwah,’alam mitsal, ‘alam ajsam, dan ‘alam insane. Adakalnya yang mengidentikan ajaran Martabat Tujuh dengan Ajaran Wahdatul Wujud atau Manunggaling kawula-Gusti.

1. Ajaran Tasawuf Syekih Yusuf  al- Makassari
    a.  Syari’at dan Hakikat.

            Konsep utama taswuf al- Makassari adalah adalh pemurnian kepercayaan pada keasaan tuhan. Berbeda dengan kecenderungan sufisme masa awal,ia mengungkapkan paradigma sufistik bertolak dari asumsi dasar ajaran islam yang memiliki du aspek yaitu Syria’t dan hakikat. Yang kedunya harus dipandang dan diamalkan sebagai suatu kesatuan.[30]
b. Transendensi Tuhan
            Al –Makassari percaya dan berpegang teguh tuhan itu mencakup segalanya.[31] Ia sangat berhati-hati untuk tidak mengaitkan dirinya dengan doktrin panteisme dengan menyatakan, meski tuhan mengungkapkan diri-Nya dalam ciptaa-Nya. Syekh Yusuf menggaris bawahi proses ini tidak mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dan tuhan, hamba yang tidak memilki kesadaran tentang dirinya, merasa tidak ada ia menyadari sebagai yang mewujudkan, yang diwujudkan dan perwujudan mirip sekali dengan pandangan Wahdatul Wujud dalam fisafat mistik Ibn ‘Arabi.
c. Insan Kamil
   Dalam penyucian diri, Ia mengatakan bahwa seorang hamba akan tetap hamba walaupun telah naik derajatnya, dan tuhan akan tetap tuhan walaupun turun pada diri hamba. Dalam proses penyucian jiwa, ia menempuh cara yang moderat. Menurutnya, kehidupan dunia bukanlah untuk di tinggalkan. Akan tetapi sebaliknya, hidup diarahkan untuk menuju tuhan. Gejolak hawa nafsu harus dikendallikan melalui tertib hidup dan disiplin atas dasar orientasi ketuhanan yang senantiasa melindungi manusia.
Berkenaan dengan cara-cara menuju ntuhan ia membagi dalam tiga bagian
·         Tingkatan akhyar ( orang-orang terbaik )
·         Tingkatan Mujahadah Syaqa ( orang yang berjuang dalam kesulitan )
·         Tingkatan Ahl adz- Dzikir

6. Nawawi Al- Bantani (1813-1697 M. )
Namanya Abd Al-Mu’thi Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Jawi[32] ia adalah sebagai ulama bertaraf internasioanal yang lahir pada tahu 1230 H/1813 M di desa Tanara, jec. Tanara , kab. Banten.  Sebelum melakukan perjalanan ke Mekah, ia sempat berguru kepada ayahnya dimana ayahnya seorang penghulu dari tanah kelahiranya.
Ada bebrapa maksud yang melatarbelakangi keprgian Syekh Nawawi, pertama ia melaksanakan ibadah haji. Dari sinilah Syekh terlihat cinta terhadap islam sehingga kesulitan yang merintangi niat dia untuk menunaikan ibadah haji.
 Kedua untuk mencari ilmu. Bagi para santri umumnya Makkah merupakan sebagai pusat pendidikan agama. Syekh Nawawi juga merasa bahwa tinggal di Mekah lebih menjanjikan. Bahkan banyak muslim jawa yang memilki obsesi untuk menetap di Mekah maupun Madinah. Pada abad ke-11 M di Jawa, kota mekah telah menjadi kiblat dalam banyak hal terkait dengan agama  dan dipandang sebagai mata rantai yang menghubungkan Allah dan makhluknya. Sementara kota madinah dianggap sebagai symbol kota suci dan kota perdamaian benukan nabi.

Ketiga kondisi tanah air. Syekh meninggalkan tanah aur lantaran mendapatkan tekanan dari belanda[33] situasi itu memuncak pada perang Diponogoro yang berlangsing selama lima tahun ( 1825- 1830 ). Syekh Nawawi bukanlah ulama yang ahli dalam satu bidang, bahkan Abdurrahman Mas’ud menyebutnya “ Kiai Intelektual Ensklopedi “ ilmu yang dia ajarkan hamper semua cabang ilmu agama islam seperti fiqih, tauhis, tata bahasa arab, dan bahkan tafsir Alqur’an.
Dalam waktu 30 tahun Syek Nawawi dalam mencari ilmu banyak muridnya yang belajar tafsir kepadanya antara lain yaitu
1.  kiai Hasyim Asy’ar i( pendiri NU dan pahlawan Nasional )
2.  K.H Ahmad Dahlan ( pendiri Muhamadiyah )
3.  Kiai Kholil Bangkalan ( tokoh kharismatik dari madura )
      Mereka meminta Syekh membukukan Tafsir  Alqur’an yang dia ajarakan. Kitab tafsirini pada akhirnya terbit da dikenal sebagai Tafsir Marah Labid atau Tafsir al- Munir atau Tafsir an-Nawawi.
Tidak seperti sufi Indonesia lainya yang lebih banyak porsinya dalam menyadur teori-teori genostik Ibn Arabi, Nawawi bahkan menampilkan taswuf yang moderat antara syari’at dan hakikat. Dalam formulasi pandangan taswuf tampak terlihat perpaduan antar fiqih dan tasawuf.
Ia adalah Gazalian dalam hal ini bagi Nawawu taswuf berarti pembinaan etika ( adab ). Penguasaan ilmu lahiriah semata tanpa penguasaan ilmu batin akan berakibat terjerumus dalam kefasikan, sebaliknya seorang berusaha menguasai ilmu batin tanpa dibarengi ilmu lahir akan terjerumus kedakam zindik. Jadi keduanya dapat dipisahkan dalam upaya pembinaan etika dan moral ( adab ).

6. Pemikiran Nawawi tentang Tasawuf
        Pemikiran Nawawi tentang tasawuf dapat dilacak dari karya – karya seperti Tanqih al-Qaul, Mirqah Shu’ud At-Tashdiq, dan Syarh Maraqi Al-Ubudiyyah. Berikut ini akan dikemukakan pikiran- pikirannya tentang tasawuf .
A . Tarekat
        Salah satu pemikiran Nawawi tentang tarekat adalah ungkapan sebagai berikut: adapun orang -orang yang mengambil tarekat jika perkataan dan perbuatanya sesuai dengan syari’at nabi Muhammad.
B. Ghibah
       Nawawi menjelaskan : diharuskan melarang melakukan ghibah melalui lisanya jika tidak memungkinkan orang itu dengan tanganya. Jika tidak memungkinkan melakukan pelarangan itu dan tidak mungkin meninggalkan tempat ghibah berlangsung.[34] Lakukanlah dengan cara berdzikir kepada Allah swt
C. Sifat Manusia
      Nawawi menjelaskan: pada diri manusia berkumpul empat macam sifat yaitu kebinatang- buasan  [ sabu’iyyah ], kebinatangan- jinakan [ bahimiyyah ], kesetanan [ Syithaniyyah] dan ketuhanan [ rabbaniyyah ] semuanya berkumpul dalam hati.
     
G. Syekh H. Abdul Malik Karim Amrullah ( HAMKA )  
      Beliau dilahirkan di sungai Batang Maninjau (Sumbar) pada 17 Februari 1908 ( 14 Muharram 1326 ). Ayahnya ialah seorang ulama islam terkenal Dr. H. Abdul Karim alias haji rasul pembawa faham- faham pembaharuan islam di Minangkabau. 
Dalam usia 6 th 1914 dia dibawa ayahnya ke Padang panjang, sewaktu berusia 7 tahun dimasukan kesekolah desa dan belajar mengaji Qur’an dengan ayahnya sendiri hingga khatam.
      Dari tahun 1916 sampai 1923 dia telah belajar agama pada sekolah- sekolah “ Diniyyah School “ dan “ Sumatra Thawalib “ di Padang Panjang dan di Parebek guru-gurunya waktu itu adalah Syekih Ibrahim Musa Parebek, Engku Mudo Abdul Hamid dan Zainudun Labay padang Panjangwaktu itu ramai dengan penuntut ilmu agama islam dibawah pimpinan ayahnya sendiri.
      Di tahun 1924 ia berangkat ke Yogya dan mulai mempelajari pergerkan – pergerakan islam yang mulai bergelora. Ia dapat kursus pergolakan islam dari H.O.S Cokroaminoto, H. Fakhruddin, R.M Suryapranoto dan iparnya sendiri A.R.St. Mansur yang pada waktu itu di Pekalongan. Hamka juga aktif dalam gerakan islam melalui organisai Muhamadiyah, ia mengikut pendirian Muhamadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bid’ah, tarekat kebatinan yang sesat. Pada tadun ini juga ia menh\gikuti kegiatan politik dengan menjadi anggota Partai Syariakt Islam.
Hamka merupakan orang yang aktif di berbagai bidang mulai guru, da'I, pengarang, politikus, sampai menjadi wartawan dan editor dibebagai media diantaranya: pelita andalas, seruan islam, bintang islam, dan seruan muhammadiyah. Diantara karyanya yang paling besar adalah tafsir al azhar (5jilid) yang ditulis dipenjara, kebetulan dia dituduh orang yang pro Malaysia oleh presiden soekarno, dari tahun 1964-1966. sedangkan novel-novelnya yang mendapat perhatian dari kalangan umum dan menjadi teks sastra di Malaysia dan singapura adalah tenggelamnya kapal van der wijk dibawah lindungan ka'bah dan merantau ke deli.
      Hamka pernah mendapat penghargaan dan anugrah pada peeringkat nasional dan antar bangsa seperti anugerah kehormatan doctor honoris kausa, universitas al azhar, 1958; doctor honoris kausa, universitas kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar datuk indono dan pangeran wiroguno oleh pemerintah Indonesia. Akhirnya hamka meninggal dunia pada 24 juli 1981, namun jasad boleh tiada tapi karya-karyanya masih terpatri diberbagai media cetak maupun elektronik.

 

     B. Pemikiran Hamka Tentang Tasawuf
      Konteks tasawuf seperti yang telah saya paparkan pada pendahuluan itu, menurut hamka akan berdampak negative terhadap perkembangan umat islam, karena paling tidak dengan adanya definisi seperti itu membuat umat islam untuk bermalas-malasan dengan dalih bertasawuf dan berzuhud. Sehingga hamka memutuskan dan membagi tasawuf itu kedalam dua sisi, yaitu: tasawuf sisi negative dan positif , agar umat islam tidak mengikuti gaya tasawuf para shufi yang dalam pengertiannya harus meninggalkan kehidupan dunia. Menurut hamka itu semua tidak sesuai dengan harapan islam yang mengharuskan adanya keseimbangan antanra dunia dan akhirat. Kalau cara shufi yang demikian di praktikkan pada saat sekarang maka manusia akan tersisihkan dalam pergaulannya yang menuntuk menusia harus memiliki tempat yang layak didunia ini karena sesungguhnya dunia dan akhirat tidak bias dipisahkan.
      Dalam tasawufnya, hamka menitikberatkan pada kebahagiaan, pemikirannya tentang bahagia bisa dirajut dengan kehidupan dunia, kalau para shufi terdahulu mengharuskan pemutusan terhadap kehidupan dunia untuk mencapai yang namanya ma'rifat dan kebahagiaannya, maka hamka cenderung melihat dunia dengan berbagai perangkatnya menjadi sarana yang perlu untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri . Adapun unsur-unsur penyusun kebahagiaan hamka memaparkan faham-faham dari berbagai tokoh seperti: phitagoristen, platonisten aristoteles dan imam al ghazali.
      Menurut faham phitagoristen dan platonisten anasir bahagia itu tersusun atas empat sifat utama yaitu: hikmat, keberanian, 'iffah (kehormatan) dan adil . Aristoteles menyusun bahagia dengan lima perkara yaitu: badan sehat, kekayaan cukup, indah sebutan atau terpuji, tercapai yang dicita-citakan dan tajam fikiran. Semua itu jika terkumpul maka akan tercapailah kebahagiaan yang sejati. Setelah mengemukakan pendapat yang dua itu, hamka meaparkan pula tentang penyusun bahagi menurut imam al-ghazali yang tersusun dalam lima bagian yaitu: (1) kebahagiaan akhirat, yakni kebahgiaan yang tiada taranya. Hal ini tidak akan tercapai tanpa bagian yang ke(2) ini, keutamaan akal budi yang meliputi: sempuna akal dengan ilmu, dapat menjaga kehormatan, berani karena benar dan takut karena salah serta adil. Inipun tidak tercapai tanpa melalui bagian ke(3), keutamaan tubuh yang meliputi: sehat, kuat, umur panjang dan elok. Hali ini juga harus melalui bagian ke(4), keutamaan dari luar badan yang terdiri dari: kaya harta, kaya famili, terpandang atau terhormat dan mulia keturunan. Bagian empat ini akan sempurna jika tercapai bagian ke(5), keutamaan yang karena taufiq dan pimpinan Allah yang mengandung empat bagian yaitu: petunjuk, pimpinan, sokongan, dan bantuan Allah.

      Dari anasir-anasir bahagia yang diungkap oleh hamka itu, jelaslah bahwa untuk mencapai kebahagian yang sempurna harus melalui kebahagian yang ada didunia, seperti kecukupan harta. Hamka menjelaskan bahwa banyak maksud-maksud suci dari orang yang suci hatinya menjadi terhalang karena kemiskinan . Rukun islam dan juga kewajiban yang lain yang diserukan dalam islam banyak sekali yang membutuhkan peran kehidupan dunia seperti harta karena apabila orang tidak memiliki harta maka untuk melaksanakan rukun islam seperti zakat tidak akan terlaksana, rukun islam yang kelima juga membutuhkan yang namanya uang sebagai ongkos untuk sampai ketanah suci mekkah.

      Selain itu sebagai manusia, yang namanya kehormatan tetap menjadi pilihan dalam hidup karena apabila namanya telah tercemar maka orang akan menghindarinya. Menurut hamka penghormatan itu penting walaupun kata hamka " kita tidak boleh takabur dan mencari nama, tetapi tidak terlarang kita berusaha mencari kehormatan dengan memperbaiki budi sendiri. Gila hormat tidak boleh, tetapi menjadi orang terhormat, haruslah jadi tujuan hidup" . Dari itu Jelaslah bahwa kehidupan dunia adalah jalan menuju kebahagiaan yang sejati. Dengan adanya tawaran seperti itu maka jelaslah bahwa pemikiran hamka cocok sekali dengan jaman sekarang ini, karena beliau tidak menyuruh untuk meninggalkan perkara keduniaan bahkan menyuruh kita untuk bekerja keras karena kehidupan dunia merupakan penopang untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Hamka juga menyeru kita untuk kembali kepada tasawuf yang diajarkan oleh nabi Muhammad. Yaitu "memegang sikap hidup yang hati tidak berhasil dikuasai oleh hidup kedunian" . Dengan seperti itu kita hidup boleh bekerja asalkan tidak lebih mementingkan dunia dari pada akhirat.

      C. Corak Pemikiran Hamka

      Dilihat sepintas corak pemikiran hamka seakan mengacu pada tasawuf falsafi, mengingat konsep tentang tuhan merupakan perkembangan lebih lanjut dari pemikiran para ahli kalam dan filusof[35]. Hamka pun mengakui sendiri dalam buku taswuf modernnya, bahwa itu bukan ciptaan otaknya, mengingat beliau masih muda dan sedikit pengetahuannya akan tetapi, itu hanyalah ditilik dari buku karangan ahli filsafat dan tasawuf islam dibandingkan dengan Al-qur'an dan hadist . Akan tetapi hamka juga banyak mengembalikan kepada Al-qur'an dan hadits sehingga hampir sama dengan tasawuf salafi.

      Dengan adanya dua pemikiran itu maka dapat disimpulkan bahwa tasawuf hamka merupakan perpaduan antara salafi dan falsafi dan disbut tasawuf neo-sofiisme. Neo-sofisme berarti sufi yang yang baru dalam artian konteks yang diajarkannya lain dengan ajaran tasawuf terdahulu. Hamka mnyadari betul akan kondisi saat ini yang serba membutuhkan materi sehingga kalau tasawuf terdahulu dikembangkan saat ini maka akan tersisihkan dari dunia social.

      Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kehidupan modern mempunyai ciri khusus, seperti yang dipaparkan oleh Deliar Noer, masyakat modern bercirikan: bersifat rasional, berpikir objektif, menghargai waktu, berpikir jauh kedepan dan bersikap terbuka . Dengan kondisi yang seperti itu, jika ajaran tasawuf yang harus menjauhi dunia itu tidak cocok lagi, yang cocok adalah ajaran tasauf yang bisa menjembati antara kehidupan dunia dan akhirat.













BAB III
KESIMPULAN
  1. Kesimpulan

Berdasrkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia bisa menjadi seorang sufi dalam mencapai titik akhir yaitu bertemu dengan Allah swt. Halnya seperti tokoh- tokoh ahli sufi di Indonesia yang patut kita contoh dalm kehidupan sehari- hari.
Ilmu yang dimiliki oleh para sufi merupakan tolak ukur untuk kita semua,  agar  menjadi orang yang senatiasa menggali lebih dalam mempelajari ilmu Agama maupun yang lainya.
Wallaahu A’lamu bis- Shawaab….





















DAFTAR PUTAKA

  1. Prof. Dr. M. Sholihin, M. Ag  dan Rosihun Anwwar, M. Ag “ Ilmu Tasawuf
  2. Abdul Hadi W.M  Hamzah Fansuri “Risalah Taswuf dan Puisi- puisi “.
  3. DR. Azyumardi Azra “ Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII “Penerbit Mizan, Bandung 1994.
  4. Drs. H. Musthafa “ Akhlak Tasawuf “ Penerbit CV. Pustaka Setia Bandung,  2008.
  5. Dr. Alwi Shihab, Ph. D “ Antara Tasawuf  Suni dan Falsafi  Akar Tasawuf Di Indonesia “  Penerbit Pustaka IIman, Bandung  2009.






[1] Hawsah Abdullah. Perkebangan ilmu tasawuf dan tokoh-tokohnya di Nusantara. Al ikhlas, Surabaya, 1930.
[2] Diterbitkan oleh penerbitMizan, Bandung, cet. III. 1995
[3] Diterbitkan oleh Kencana, Jakarta, 2006
[4] abdul Hadi W. M Hamzah Fansuri, Mizan, Bandung, 1995, hlm. 14
[5] Hadi , Hamzah Fansuri , hlm. 9.
[6] Abdullah , perkembangan ilmu tasawuf, hlm. 36.
[7] Hadi “ Syeikh Hamzah Fansuri” hlm. 49.
[8] S. M. Naquib AlAttas, New Lighton the Life Hamzah Fansuri, JMBRAS,vol. 40, 1967, hlm.50.
[9] ibid , hlm.50.
[10] Mulyati, Tasawuf… hlm. 75.
[11] Ahmad Daudi, Allah dan manusia dalam konsepsi Syekh Nuruddin Ar- Raniri, Rajawali, Jakarta, 1983, hlm.36.
[12] Ahmad Daudi, Allah dan manusia dalam konsepsi Syekh Nuruddin Ar- Raniri, Rajawali, Jakarta, 1983, hlm.36.
[13] Daudi, Allah dan Manusia…, hlm.82.
[14] Syekh NaquibAl- Attas Raniri and the Wujudiyyah of 17 th, Century Aceh, Singapore, MMBRAS III, 1966, hlm. 83.
[15] Daudi, Allah dan Manusia…. Hlm. 128
[16] Ibid ,. Hlm. 227.
[17] Abdullah Perkembangan Ilmu Tasawuf… hlm. 50.
[18] Abdullah , perkembangan Ilmu Taswuf… hlm. 50
[19] azra jaringan ulama… hlm. 205.
[20] Harun Nasution, et, al., ( Ed ), Ensiklopedi islam di Indonesia, jilid I, abdi Utama, Jakarta, 1992/1993, hlm. 33.
[21] Azra jaringan ulama… , hlm. 267
[22] lihat Abd Rahim Yunus, Posisi Taswuf dalam system kekuasaan di Kesultanan Buton pada abad ke- 19, INIS Jakrta , 1995 hlm. 64; Qotib Quzwain , “ Syekh Abd ShamadAl- Palimbani  Suatu Studi Mengenai Perkmbangan Islam di Palembang  dalam Abad- 18 M “
[23] Quzwain “ Syekh Abd Shamad… “ hlm. 181.                          
[24] Ibid hlm. 183.
[25] Chotib Quzwain…
[26] al ghazzali, ihya uluumuddin , juz III Dae ihya al- kutub al-a’rabiyah, t.t.hlm. 4.
[27] Karya al- Burhanpuri dlm B. Arab dan Jawa serta terjemahnya dalam B.Inggris diberikan dlm A.H Jhons, The Gift Adressed to the spirit of the Prophet, Canbera: Australian National Universty, 1965.
[28] Azra Jaringan ulamatimur tengah... hlm. 272
[29] ibid ,. Hlm. 65-66
[30] abu Hamid, Syekh Yusuf seorang ulama, sufi dan pejuang, Yayasan Obor, Jakarta, 1994, hlm. 173.
[31] Al –Makassari, al- Nafhat Al- Saylaniyah naskah Arab dalam Tudjimah et. Al- Yusuf, terutama 1999.
[32] Ddalam sejarah lama, kata “ Al Jawi” dikenal sebagai orang –orang yang  berasal dari Indonesia ,Malasia dan Thailand
[33] ibid hlm. 22.
[34] Nawawi Syarh Maraqi al- Ubudiyyah, Raja Murah, Pekalongan, t.t, hlm.63.
[35] lihat Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al- Azhar Pustaka Panjimas , Jakarta 1990
Labels: Karya Tulis

Thanks for reading Tokoh Tasawuf Nusantara. Please share...!

0 Comment for "Tokoh Tasawuf Nusantara"

Back To Top