Sebuah Catatan PRAMUKA MAPCIZ 2011



Sebuah catatan masa lalu
PRAMUKA
 GUDEP 13087-13088
UMAR bin KHATTAB dan SITI KHODIJAH MA PUI Cilimus- Kuningan
2010-2011
Ditulis oleh : Guntur Gumelar
14 Agust. 16
Empat tahun terakhir ku masih beseragam putih abu, namun seragam tersebut hanyalah simbol untk mengenalkan diri sebagai identitas sekolah. Akan tetapi saat ini, ku masih merindukanya, penuh kebahagiaan, kepahitan yang dirasa suka dan duka dan penuh warna putih hitam dalam perjalanan
Mengenalmu ( PRAMUKA ) sudah lama, namun ku baru berjalan dijalanmu hanya seusia bayi yang baru terlahir kedunia. Memasuki duniamu ku sangat terpukul dan tersiksa, namun itulah kenyataanya. Si cokelat muda yang ku banggakan memulai perjalananku, dan disinilah ku berfikir kedepan bagaimana identitasku bisa bermanfaat di lingkunganku. Waktu terus bertambah dan tiba saatnya ku berjalan selangkah demi selangkah untuk mengenalmu, tantangan rintangan yang datang selalu tertimpa untuku, namun semua itu hanyalah sandiwara-Nya yang membuat ku belajar dan terus belajar menghadapi dunia-Mu.
History namamu, TALI TEMALI, SANDI ( Morse, Rumput, Angka, Huruf), PBB untuk kelenturan tubuh, SMAPHORE, dan KOMPAS itulah yang kau kenalkan dan harus di pelajari.
Perjalanan pun di mulai, simbol PITA KUNING pun kita dapatkan, meski perjalanan mematikan, menyeramkan namun itu semua kita perjuangkan demi kehormatan kami. Detik waktu terus berputar namun perjalanan tak pernah berhenti, kaki terus berdiri di tanah yang kita hormati sekolah yang kita cintai.
Inilah kenyataan yang kita hadapi, tenaga, fikiran, harta pun kita berikan, walaupun tak sebarapa  namun itu semua bentuk pengorbanan kami kepadamu. Terkadang kita jatuh dan bangun dalam rintangan, namun dengan penuh kecintaan, kesetiaan kepadmu kita bisa bangkit dari kebodohan dalam hati.
JANJI dan KETENTUAN MORAL yang selalu kita ucap dan dengar disetiap pertemuan  denganmu, semakin tak mengerti dan berat untuk dilaksanakan dalam dunia-Mu. Hal ini yang membuat rasa penasaran kita kepadamu, sungguh sangat mengerikan dan menakutkan untuk tubuh yang Engkau ciptakan, dan tak sanggup tatkala ajal Engkau datangkan.
KITRI ( sebuah simbol tunas kelapa) pun tertempel dan tertancap di si baju cokelat, namun itu semua hanyalah simbol belaka yang tak dipahami oleh kita saat itu, yang dirasakan perjalanan masih panjang dan belum berakhir. Senyuman pun terlihat, namun ku tak mengerti dan sungguh sangat bodoh dalam pikiranku apa sesungguhnya itu ???
Semakin lama ku hidup berada dalam dirimu, semakin ku tertarik untuk mendapatkanmu dan memahamimu, itulah yang kita lakukan dalam perjalanan untuk mengenalmu dan menggapaimu. Hari pun telah tiba dimana kita memulai perjalanan hidp yang sesungguhnya, kesempatan pun telah hadir di depan mata dan tak akan dilepaskan.
Menjadi seorang pemimpin itu tak mudah, membutuhkan pelatihan dan didukung oleh buku-buku yang didalamnya termuat teori-teori yang membuat kita memiliki wawasan luas, berfikir cerdas dan berhati ikhlas. Praktekpun tak bisa terhindari  JANJI dan KETENTUAN MORAL berkumndang oleh lidah, gerakan kaki dan tangan terkepal disimpan disebelah kiri dada untuk menghadapmu.
Kematangan mengenalmu semakin tak terasa, hingga akhirnya menyentuh hati Kita inikah sesungguhnya dirimu ???
Berbulan-bulan ku mengenalmu, namun dalam hati masih bertanya siapkah dirimu sesungguhnya ??? mengapa engkau hadir dalam perjalanan kita ???
Jawaban pun masih abu-abu dalam pertanyaan tersebut, perjalanan baru telah tiba , namun dirimu masih memberi cahaya gelap untuk kita. Dua puluh delapan poin serta makna yang kau ucap tertulis di kertas ter cover tunas kelapa, membuat jiwa semakin mati berdiri tanpa bersandar sekalipun. Apa yang kau rencanakan kepada kita lagi, tulisanmu hanyalah diingat saja saat itu, namun tak jelas apa sesungguhnya tujuanmu ???
Kita pun terbodohi oleh mereka ( DKA/ Dewan Kerja Abalan ) sebagai dalangmu untuk membuat hancur jiwa raga ini, tidak !!! kita pun semakin tunduk dan patuh kepadamu. Simbol TALIKUR ( berwarna kekuning-kuningan) dan BET AMBALAN pun kau kenalkan, tak terhindari harus mendapatkan simbolnya. Semakin berat untuk mendapatkan keduanya, kau hadirkan kembali perkenalan sejak pertama kali berjumpa.
Simbol apa lagi yang kau berikan dalam perjalanan ini, namun kau seakan memaksa walaupun keluar ikhlas setetes darah. Kau pun memberikan tak mudah, butuh proses dan perjalanan untuk mendapatkan keduanya. Inilah yang benar-benar kau berikan perlawanan tajam bagaikan pisau belati yang menyayatkan di kulit, tetesan keringat dan darah keluar membasahi perjalanan yang penuh liku-liku.
Sepertiga malam pun tiba, kau bangunkan secara paksa tak sadar selimut menjadi hamparan pasir, bola mata terasa lelah, langkah kaki tak teratur si cokelat pun menemani sunyinya disetiap detiknya malam. Satu demi persatu kau bangunkan kita dengan paksa lalu kau basuhkan bola mata dengan air dingin, kau berikan dan tunjukan jalan yang penuh ketakutan dan kegelisahan saat itu.
Jeritan terdengar menakutkan di telinga, kau berikan malam yang sangat menakutkan, tubuh bergemetar saat dingin menusuk badan. Namun mampu terhindar oleh tamparan hangat oleh ajudanmu sungguh malam bercampur kesiksaan olehmu. Hatipun tak sanggup, yakinlah inilah perjuangan setengah mati yang harus di taklukan.
Sepertiga malam telah berakhir, terdengar lantunan aya suci-Mu entah dimana, dan siapa yang membacanya. Pagi pun tiba, namun bola mata terasa lelah untuk bersujud di hadapan-Mu. Kita pun bergegas mengambil air suci untuk menghadap-Mu, rasa syukur di panjatkan namun hati merasa terbebani saat kita lewati tantangan dan rintangan malam itu, apa daya hanya bisa menerima kenyataan yang sangat pahit.
Sinar mentari tlah muncul, memancar indah tanpa kekurangan sedikitpun. Kita pun bertatap muka, tiba saatnya untuk menerima kenyataan darimu atas, kita pun hanya terdiam, membisu tanpa kata, hanya ucapan terimakasih disampaikan kepadamu atas pemberian dua simbol tersebut. Kita pun semakin terbodohi oleh keduanya tak mengerti apa itu sebenarnya !!!
Perjalanan terus melangkah, tiba saatnya kita menuju setengah proses akhir perjuangan yakni mendapatkan simbol BALOK BANTARA plesteranya mungkin Bantuan tenaga Rakyat, simbol ini tersimpan di bahu kiri kanan yang terdepat gambar simbol tunas kelapa bertolak.
Kita pun mengikuti dan tunduk kepadamu, kamping sebutan itulah yang harus dihadapi tak mengerti apa itu sebutan kamping, ya mungkin bertahan hidup di kampung atau tanah orang yang pasti sudah mendapatkan izin dari masyarakatnya. Tanah udang pun menjadi saksi perjalanan kami, menggapai cita-cita bersama yaitu bertahan hidup disisi lain orang tua masih menengok dan memberikan doa dan suport kepada kami semua.
Kakipun tak kuasa menginjak tanah udang, semakin berkecamuk dalam hati apa lagi yang dihadapi. Kau sangat menakutkan sekali, tak kuasa rasa semangat hilang namun inilah kenyataanya, hilangkan putus asa mari kerja sama. Tempat tinggal pun tlah kami dirikan satu demi satu, merapihkan segala tempat untuk kita tinggal selama tiga hari dua malam.
Kami pu berkumpul dan mengikuti perintahmu, selang waktu kegiatan kamping tlah dibuka oleh ajudanmu. Sejenak istirahat, kami pun siap memulai perjuangan dan mengukir sejarah di tanah udang. Waktu terus berputar, kau sangat kejam bagi kami tiap detik kau berikan kepalsuan yang nyata, badan terlentang ke tanah ke atas bawah terpikul kedua tangan dan kaki. Namun inilah kenyataanya, entah berapa ribu kau berikan kepada kami. Perkenalanmu semakin matang dan di pahami oleh kami, namun kau memaksa dengan kata palsu, sehingga kami merasa bersalah.
Tak kuasa yang dihadapi terus seperti ini, ingin pergi jauh namun kata pengecut lah yang nanti kau berikan kepada kami. Perjalanan pun terus berjalan waktu demi waktu, namun tiada daya upaya hanya berpasrah kepada Tuhanmu.
Perjuangan terus berputar, mencari arti hidup di medan perang. Hanya bekal seadanya untuk memberikan nutrisi kekuatan, namun inilah makna hidup kami. Piring dan daun pisang yang menjadi saksi perjuangan kami,tangan kecil mendekati indahnya kebersamaan.
Kau sungguh kejam, saat kebersamaan dihancurkan. Kau gantikan dengan tamparan menyakitkan,saat kebersamaan terhapuskan. Namun itulah kehidupan yang kau inginkan, memisahkan ego demi kekompakan. Satu irama dengan bergandengan tangan melangkah kedepan, membuka pintu gerbang yang tertutup lama. Tak kuasa detik waktu membukanya, rintangan, tantangan dan ketakutan selalu menyelimuti perjalanan. Sedikitpun kau kikir memberikan celah untuk mendekat dan memasukinya.
Detik akhir perjuangan pun sangat jauh terjangkau, tak bisa menghirup udara pagi, namun kau selalu membantingkan tubuhku ke tanah berlumur keringat dan tanah basah sepert tentara saat memperjuangkan negaranya. Kau begitu egois bagi kami, tak punya perasaan membisu dan menyakitkan hati, inilah yang dinamakan penuh kesabaran ???
Tak tahan amarah pun keluar dari lidah, saat kesakitan terasa berat dalam perjalanan. Namun itu semua skenario belaka yang kau buat, agar kita bisa bersanding dengan alam dan Sang pencipta. Kegembiraan pun menyelimuti kehidpan, meskipun badan hancur remuk tetapi perjuangan tak pernah terlupakan walaupun kita terbentang jauh dibumi untuk mengabdi kepada negeri.
Tiba waktunya, kau berikan simbol BALOK itu, dan saatnya kami belajar dan terus belajar untuk selalu cinta kepadamu, memahamimu menerapkanmu dalam kehidupan yang penuh lika-liku. Syukur di panjatkan kepada ALLAH SWT, guru tercinta, teman seperjuangan dan tentunya do’a orang tua Kita.
Kami pun menjadi penerus generasi, dan perjuangann baru memulai dan melangkah ke arah bersama, bergandengan tangan, memikul beban perjuangan, yang akan hadir di masa yang akan datang dan gerbang telah terbuka lebar panjang untuk mewujudkan rasa cinta yang tulus dan ikhlas kepadamu.

0 Comment for "Sebuah Catatan PRAMUKA MAPCIZ 2011"

Back To Top