|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam penyampaian hadits Arba’in
Nawawi yaitu dengan memberikan penjelasan ma’na dan kandungan dari
hadits tersebut seperti hadits tentang Niat.
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول " إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما
نوى , فمن كانت
هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و
امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه " متفق عليه
Artinya : Dari Amirul Mukminin Abu
Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung
niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa
yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan
Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena
seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang
ditujunya”.[1]
KH. Ahamd Sanusi
dilahirkan pada tahun 1881 di desa Cantayan kecamatan Cikembar kewedanan
Cibadak Kabupaten Sukabumi. Ia merupkan putera dari KH. Abdurakhim yang merupkan
murid dari KH. Abdullah Mahfudz yang merupkan Pendiri Pesantren
As-Salafiyah Sukabumi. Ahmad Sanusi pun
pada masas anak-anaknya menuntut ilmu di Peantren yang bernama Cantayan,
pendirinya tak lain adalah kakeknya yaitu H. Yasin bin Idham Nursali ( Nur
Sholih ) ia belajar dari umur 7 tahun samapi 15 tahun.
Pada tahun 1904 KH. Ahmad Sanusi melanjutkan pendidikannya ke tanah
suci Mekah kepada KH. Mahfudz At-Tirmasi dan lain-lain kepada kiayi yang asli
dari pulau Jawa( Indonesia ) dan ia bermukim selama 11 tahun. dalam metode yang diajarkan menurut sumber
yang ditemukan dalam buku KH. Ahmad Sanusi[2]
kepada santrinya/muridnya memberikan
kebebasan berfikir , sehingga cakap untuk menggali dan mengembangkan ilmunya
sendiri. Dalam membahas Furu’iyyah beliau mengambil jalan tengah yang
ditunjukan agar ummat dapat memilihnya sendir dengan alasan-alasan yang telah
disediakan dalam risalah-risalah. Sikap tehadap lawwan fahamnya , beliau
berlaku baik dan menghormati faham orang
lain , sehingga uhkuwah islamiyyah kokoh kuat.
Dalam solat berjamaah-pun
beliau suka ma’mum kepada ajengan yang menjadi lawan fahamnya, siapapun
yang datang kepada beliau, meskipun lawan fahamnya selalu dihormati dan
dimuliakan. Pada suatu waktu KH. Ahmad Sanusi menemui kemuskilan menegnai suatu
ayat ataupun haditsyang beliau belum terfikirkan ( difahami) benar seminggu
lamanya. Akhirnya dibicarakan dengan putera-puteranya.
Menurut sumber yang penulis ketahui dalam penulusuran sanad hadits dari
KH. Ahmad Sanusi yang merupakan salah satu murid dari ulama Nusantara yang
sangat terkenal di tanah suci salah satunya Syekh Mahfudz At-Tirmas[3].
Kesimpulan dalam kajiah hadits di Indonesia sendiri hanya
dibahas didalam perkuliahan,dalam mengetahui sanad ataupun dalam pembelajaran
kitab hadits yang dilakukan setiap orang pada awalnya memang sangat sulit,
dengan bertanya kepada guru dalam mempelajari ilmu hadits tentu menemukan
setiap apa yang dinamakn ketersambungan seorang murid dan guru yang pada
akhirnya bersambung kepada Rasululah Saw
dan itu harus didasari fakta yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Daftar Pustaka :
1.
Kitab
Shahih Muslim/Shahih Bukhari
2.
S.
Wanta KH.Ahmad Sanusi Dan Perjuanagannya, (PB. Persatuan Ummat Islam, Majalengka 1986.
3.
M. Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara
GMI Jakarta.
4.
Diskusi
dengan Ustadzah Mali’atul Husna Halmy tentang
kitab Hadits Araba’in An-Nawawi.
[1]
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail
bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul
Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua
kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan
Muslim no. 1907]
[2] S. Wanta
KH.Ahmad Sanusi Dan Perjuanagannya, (PB. Persatuan Ummat Islam, Majalengka 1986 ) hal.1-8
[3] H. M.
Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara GMI Jakarta hal. 464
0 Comment for "Hadits Arbain Nawawi- Guntur"